Sisi lain dari Taman Tepi Laut Lhoknga Yang Jarang Diketahui
bekas kolam Taman Tepi Laut | Photo : AcehLens |
Sebenarnya ini merupakan cerita lama
yang saya simpan pada medio Mei 2015 silam. Saat saya mengabadikan foto postwedding
teman saya di Taman Tepi Laut Lhoknga. Kemudian beberapa foto saya upload ke instagram
pribadi yang sempat di repost oleh beberapa akun instagram wisata Aceh yang
aktif mempromosikan berbagai tempat wisata di Aceh.
Untuk warga Banda Aceh dan Aceh Besar
mungkin taman tepi laut Lhoknga sudah tidak asing lagi untuk dikunjungi. Wisata
yang indah dengan hamparan laut dan riak gelombang ini bisa ditempuh sekitar
-+22 kilometer dari Banda Aceh. Selain untuk wisata keluarga, di hari minggu
misalnya atau hari libur, taman tepi laut juga kerap di kunjungi oleh para
fotografer sebagai spot yang indah untuk mengabadikan gambar postwedding atau
hunting biasa.
Selain mudah dijangkau, tempat ini
juga membawa pesona tersendiri. Pantai yang indah kemudian di hiasi dengan
pohon cemara yang berjejer rapi di pinggir pantai. Juga tidak sedikit dari warga
terutama kalangan anak muda yang betah berlama-lama di taman tepi laut ini
untuk mengintip tenggelamnya matahari sore.
Disini juga tersedia makanan ringan yang
bisa anda santap, seperti kelapa muda atau mie rebus dan sebagainya. Salah satu
cafe yang ada disitu merupakan pemilik lahan taman tepi laut tersebut. Selain itu,
anda juga bisa beristirahat di pondok-pondok kecil di pinggiran laut sambil
merasakan semilir angin sepoi-sepoi dan mendengar suara desiran ombak yang
menghempas karang. Eitss tapi jangan bermaksiat ya #upss
Nah, saat ini tempat tersebut sudah
dibagikan menjadi dua tempat yang ditandai dengan pagar tergembok. Disitu
pemandangan yang ditawarkan pun berbeda, selain tempatnya yang luas, disitu juga banyak spot dengan rumput
ilalang yang begitu indah untuk dijadikan sebagai background pengambilan foto.
Dikawasan ini memang tidak ada
pondok-pondok kecil yang disediakan, tapi pemandangan pinggiran laut yang penuh
dengan karang menjadi ketertarikan sendiri memilih memasuki kawasan yang dispesialkan
itu.
Untuk memasuki kawasan tersebut
tidaklah mudah. Anda harus mengeluarkan kocek sekitar 50.000 rupiah (saat itu
kami masuknya berempat untuk keperluan pengambilan foto postwedding). Untuk
harga tidak ada yang baku, karena menurut cerita teman-teman, harga yang
dipatok untuk memasuki kawasan yang terpagar tersebut berbeda-beda. Kayaknya
tergantung kemurahan hati nurani sang pemilik dan jumlah orang nya. #haha
Yang ingin saya ceritakan disini
adalah bukan taman tepi laut yang terlihat dimata saat anda berada disana. Tapi
ini cerita sisi lain dari taman tepi laut yang kawasannya itu dilarang keras
memasukinya.
Menurut analisa saya tempat ini
jarang kunjungi oleh orang atau bisa jadi memang tidak diketahui kecuali orang
sekitar dan orang-orang yang menerobos seperti kami saat itu. #upss. Sulit diketahui
karena tempat ini juga dipagar kawat, tersembuyi dengan pohon danbukit dan
tidak bisa kita masuk sembarangan. Beberapa kali saya ke taman tepi laut memang
jarang saya lihat orang yang pergi ke arah tersebut.
maklumin aja, baru belajar motret wedding | acehlens |
Singkat cerita. Hari itu saya
mendapatkan job foto postwedding. Kebetulan pengantin pria yang saya potret
saat itu orang Lhoknga tulen. Setelah saya abadikan beberapa gambar dikawasan
yang tergembok tadi, terutama di pinggir laut, kemudian di karang laut yang ada
desiran ombaknya juga di bawah pohon pinus dan rumput ilalang.
Disela-sela pengambilan gambar tadi,
kemudian saya melihat pohon pinus yang sudah kering daunnya menjadi kuning.
Saat itu saya bilang sama pengantin prianya. Kayaknya dibawah pohon itu
bagus gambarnya, karen a daunnya alami menguning layu. Tapi gimana kita masuk
kesana, karena terpagar kawat. Rupanya si pengantin pria tertarik dengan
keinginan saya tadi. Saya tahu ini pasti kawasan yang dilarang. Saya pun
mengurungkan niat untuk mengambil gambar disitu. Ternyata si pengantin pria
begitu bernafsu agar mereka bisa berfoto dibawah pohon tersebut. Akhirnya si
pengantin nekat untuk menerobos, saat itu saya merasa sedikit takut, tapi kawan
saya (yang membantu saya pengambilan gambar) orangnya lumayan nekat dan rasa
keponya tinggi. Akhirnya saya pun memberanikan diri untuk menerobos diikuti
juga oleh pengantin wanitanya.
penampakan pohon cemara yang sudah layu | photo : acehlens |
Sesampai kami disitu terlihatlah
beberapa spot lainnya. Kemudian saya abadikan beberapa gambar dibawah pohon
cemara menguning layu tadi. Sikawan yang membantu saya tadi langsung menjelajahi
kawasan tersebut. Wah, ternyata dibalik gunung yang indah yang tertutup di
penuhi pohon dan terpagar kawat tadi ada keindahan yang luar biasa. Itulah
taman tepi laut sebenarnya. Pemandangan
yang luar biasa, begitu takjub saya melihatnya saat itu. Takjub karena baru
melihatnya, ternyata ini yang namanya taman tepi laut sebenarnya. Bebatuan yang
indah dan hamparan laut yang begitu mempesona sudah terlihat didepan saya.
Disitu juga ada bekas kolam renang yang jaraknya sangat dekat dengan laut.
Tidak berlama-lama saya langsung mengambil beberapa gambar untuk pengantin
tadi, ternyata kawan saya tadi juga tidak mau ketinggalan, dia juga meminta
untuk diabadikan gambarnya dengan beberapa gaya yang exotic. Setelah
pengambilan gambar untuk pengantin, kami pun beristirahat sejenak sambil
melihat keindahan alam yang tidak kami ketahui sebelumnya. Saya pun minta
difoto disitu dengan background bekas kolam renang dan laut yang luas.
ini dia penampakan dibalik gunung taman tepi laut | photo : acehlens |
Singkat cerita. akhirnya disaat kami
sedang bersantai datanglah seorang lelaki yang berkumis dan nampaknya sedikit
garang. Wah, saya sempat takut saaat itu. Saya perhatikan ke lelaki tersebut,
apa ada parang atau benda apa dibawanya.
Ternyata tidak ada. Dia mulai menyapa kami. Saat dia bicara ternyata
orangnya tidak garang. Dia menegur kami kenapa melanggar batas teritorial.
Dengan lugunya kami memberi alasan seperti anak kecil ; kami tidak tahu pak
, kami pikir bisa masuk tadi. Ternyata bapak ini suruhan ibu pemilik kafe
tadi. Katanya ibu sudah marah, karena kalian melanggar dan kalian akan di denda
nantinya sembari menyuruh kami untuk balik ke tempat yang diperbolehkan tadi.
Kami pun merasa tidak enak dengan si bapak, sambil pulang kami pun mencoba
mencairkan suasana dengan berbasa basi menanyakan sekilas tentang bekas kolam
tersebut. Eh ternyata si bapak orangnya pendiam dan terkesan cuek. Ia enggan
menjawabnya. Mungkin karena dia kesal karena ulah kami. #maafkan kami pak ! gak
ulangi lagi, swear?
bebatuan yang indah menarik untuk berfoto disini | photo : acehlens |
Akhirnya kami pun bergegas pulang.
Karena foto untuk postwedding pun sudah cukup. Kami pun kembali ke cafe tadi.
Pengantin pria langsung menghampiri kasir untuk membayar makanan dan minuman
sekaligus uang masuk ke kawasan terpagar gembok tadi. Eh ternyata si ibu
pemilik kafe memarahi si pengantin pria tadi sambil meminta uang denda sebanyak
150.000 rupiah (wow, fantastis). Si pengantin pria pun terkejut dengan jumlah
uang denda tersebut. Sempat adu mulut beberapa menit dengan si ibu yang tidak
mau menurunkan harga denda, akhirnya si pria merayu si ibu dengan mengatakan
bahwa ianya juga orang Lhoknga sambil meminta maaf. Kami khilaf, dan bla bla
yang akhirnya si ibu luluh hatinya menurunkan harganya. Si ibu pun deal uang
denda dibayar sebanyak 50.000 rupiah. Bagi saya si ibu marah tadi wajar karena
kami melanggar batas. Sebenarnya sebelum kami masuk ke kawasan tadi tidak ada
pemberitahuan khusus bahwa dilarang keras masuk ke kawasan yang dipagari kawat
tersebut. Yang namanya orang Aceh itu (sebahagian) , peraturan tidak cukup
dengan simbol, yang tertulis saja masih dilanggar, bahkan yang disampaikan via
lisan plus tulisan pun masih berani dilanggar. #haha
Baca Juga :
Kalau Kamu Ke Aceh Selatan, Jangan Lupa Mampir Disini, Ada Jus Nipah Pertama di Indonesia
Tidak banyak yang saya ketahui
mengenai tempat yang kami langgar tersebut, karena saya tidak berani lagi
mengorek informasi kepada si ibu pemilik cafe dan lahan tersebut. Tapi menurut
cerita dari kawan-kawan saya dari Lhoknga (belum tentu akurat), dulunya sebelum
tsunami ada hotel disitu. itulah taman tepi laut sebenarnya. Setelah tsunami
menghantam Aceh 2004 silam, hotel tersebut otomatis hancur lebur karena memang
jaraknya sangat dekat dengan laut. Makanya si ibu pengelola cafe memilih untuk
menguburkan kenangan hotelnya dengan memagari kawasan tersebut. Dan menjadikan
lahan taman tepi laut saat ini sebagai tempat barunya.
Sekian !
Komentar
Posting Komentar