Kenalkan ! Azis Muhajir, Jubir Termuda Partai Aceh yang “Mẻsyuhu” Bansigom Aceh Jaya
Tampan
dan menawan. Tegas dan lugas. Keras tetap santun. Itulah sekilas yang bisa saya
gambarkan terhadap sosok pemuda yang berasal dari nanggroe daya ini. Namanya Azis
Muhajir (bukan nama samaran), biasa dipanggil Azis.
Saya
sendiri baru mengenalnya pada medio tahun 2015 di salah satu kampus jurnalistik
di Kota Banda Aceh—Muharram Journalism College nama kampusnya. Sosok Azis dalam
kesehariannya terlihat sedikit lugu saat
itu—ditambah lagi dengan gaya bicaranya ceplas ceplos—tapi tidak asal bicara,
berdasarkan data dan fakta. Dia terpilih jadi ketua angkatan kami saat itu.
Keaktifannya dalam berbicara di forum menjadikannya terkenal saat itu—apalagi saat masuk mata kuliah umum yang
diskusinya menyinggung politik—dia terlihat sangat aktif mengangkat tangan
untuk menyampaikan pendapat—dengan gaya bicara apa adanya—tidak jarang kami terhibur dan tertawa dengan ekpresi
bicara dan guyonannya.
Awalnya,
saya pribadi tidak terlalu akrab dengan pak ketua (panggilan akrab kami),
wajar—karena kami berbeda kelas saat itu, saya kelas televisi, dia kelas media
cetak—sudah pasti jarang bertatap muka, kecuali saat mata kuliah umum. Hari
demi hari kamipun lumayan akrab—warung kopi salah satu wadah menjalin
silaturahmi antara kami setelah wisuda. Singkat cerita—semakin hari semakin dekat dan selalu menyapa.
Azis
Muhajir, di usianya tergolong masih muda—pria kelahiran Tuwi Kareung Panga 27 Juni 1991 ini terbilang
sukses, hal itu dibuktikan dengan kegigihannya dalam berkarya dan menyelesaikan
pendidikannya. Tahun 2013 dia berhasil menyelesaikan pendidikan strata satunya
di Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat UIN Ar Raniry Banda Aceh—di tahun
yang sama ia melenggang ke pasca sarjana di kampus yang sama—dan selesai pada tahun 2016 sekaligus menamatkan
pendidikan diploma ilmu jurnalistiknya.
Judul thesisnya "Pemikiran
Politik Hasan Tiro Tentang Negara Federasi“ dari judul tersebut menunjukkan siapa Azis Muhajir sebenarnya. Mantan Sekretaris Komite
Mahasiswa Pemuda Aceh (KMPA) Aceh Jaya ini merupakan penggemar sosok Hasan Tiro—bahkan
lebih dari itu. Darah perjuangan rakyat aceh yang dipelopori oleh anggota
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) saat itu mengalir kencang pada dirinya.
Kekagumannya pada
sosok Hasan Tiro dan kegigihannya dalam belajar sejarah Aceh mengantarkannya
menjadi Juru Bicara Partai Aceh Wilayah Aceh Jaya. Pemikiran politiknya pun hari demi
hari semakin berkembang. Orang-orang besar di Partai Aceh pun menjadi
sahabatnya—bahkan lebih dari itu. Wajar—karena ia seorang pembelajar dan sangat
menghargai perjuangan para pejuang naggroe indatu. Safriantoni atau yang lebih
dikenal dengan Pang Toni sebagai Ketua DPW Partai Aceh Wilayah Aceh Jaya terlihat sangat akrab dengan sosok Azis—menurut
pengamatan saya pribadi, dimana ada Pang Toni disitu ada Muhajir—begitulah kira-kira
gambarannya. Kedekatan sang ketua dengan jubir memang harus—karena buah pikiran
sang ketua, pendapat, statement merupakan tugas sang jubir yang menyampaikannya.
Azis Muhajir Bersama Petinggi Partai Aceh DPW Aceh Jaya |
Eksistensinya sebagai Jubir Partai Aceh Nanggroe Daya pun “dithe” dan mensyuhu bansigom
Aceh Jaya. Siapa yang tak kenal dengan Azis Muhajir di Aceh Jaya? Ini yang
ingin saya katakan. Ia kerap hadir mendampingi kemanapun Panglima Aceh Jaya (Pang
Toni) pergi—terjun ke masyarakat—berpartisipasi dan berbaur—bahkan disaat dia
masih berada di Kota Bunda Madani (Banda Aceh), ia kerap pulang pergi jika ada
kegiatan partainya. Jarak Banda Aceh-Aceh Jaya tidak melunturkan kesetiaannya
pada partai yang membesarkan nama Aceh tersebut.
BACA JUGA : Illiza, Bunda Kota Madani Yang Kaya Prestasi
Selain itu, wajahnya kerap terpampang di media-media,
baik cetak maupun media online—yang jelas bukan menjual tampang, karena
tampangnya yang lumayan tampan nan menawan ini sudah terjual (sold out).
Tapi ia muncul menghiasi media-media dengan statement “tegasnya” tentang
kebijakan, pernyataan, dan keputusan yang berhubungan dengan Partai Aceh DPW
Aceh Jaya. Bahkan, ia tak jarang nongol di koran dengan statement “pedas”
menghantam sang lawan yang mencoba menyerang partainya. Dia memang bukan ahli
propaganda media, tapi ia memahami setiap
propaganda yang diciptakan oleh lawannya di media-media. Dia seorang pembelajar—kerap
mempelajari setiap taktik tarian politik yang sedang dimainkan di Aceh. Kecakapan
dan kecerdasan seorang jubir memang sangat dituntut, ia harus lebih tahu
masalah dari pada yang lain, memperkaya wawasan dan pengetahuan untuk
menghadang serangan lawan. Keuletannya belajar jurnalistik menjadikannya dengan
mudah melawan berita dari lawan, dan permainan politiknya pun lumayan sulit dibaca
oleh lawan.
Suatu ketika bersama Azis Muhajir di salah satu warkop di Kota Bunda |
Dalam sebuah perbincangan di salah warkop di Pusat Kota
Banda Aceh sekitar 4 bulan yang lalu (terhitung mulai tulisan ini
dipublikasikan) , saya bertanya kepada Mantan Ketua IPELMAPA ( Ikatan Pelajar
Mahasiswa Kecamatan Panga Aceh Jaya) ini
tentang sebesar mana kecintaanya terhadap Partai Aceh. Bahkan saya sendiri tak
jarang melempar “bola panas” dalam diskusi jama’ah di warkop dengan teman-teman
yang lain—tentang kekurangan dan gunjingan orang-orang terhadap partainya. Tujuan
saya jelas ingin menguji dan melihat sejauh mana kedewasaan sosok Azis menjawab
dan menyelesaikan setiap masalah. Terbukti, dia sangat mahir menguraikan dan
menjabarkan setiap jawaban atas permasalahan yang orang-orang sering bicarakan.
Jujur, saya sangat terkesima dengan paparannya. Dan dari diskusi kecil-kecilan tersebut,
saya bisa menyimpulkan bahwa kecintaannya terhadap Partai dibawah Komando Mualem,
Muzakir Manaf ini begitu besar . Bagi saya, masyarakat Aceh Jaya patut
berbangga dengan kehadiran sosok pemuda tampan dan inspiratif seperti Azis
Muhajir ini. Paling tidak, pemuda-pemuda lain bisa terinspirasi dan megikuti
jejaknya. Memang, manusia ada lebih kurangnya—tak dapat dipungkiri bahwa pada
diri Azis Muhajir pasti ada kelebihan dan kekurangan. Ambil yang baiknya dan
tinggalkan sisi jeleknya—karena Azis Muhajir pun masih dalam proses perjalanan
menuju pemuda impian masyarakat Aceh bansigom donya. Dan berikut ini
penyataanya terhadap Partai Aceh saat saya ajukan pertanyaan, kenapa Azis
Muhajir memilih Partai Aceh sebagai rumah politiknya.
“Setelah
sekian lama Aceh dilanda konflik bersenjata kemudian mulai digagas proses
perdamaian, hingga akhirnya dicapai kesepakatan damai di Finlandia pada tanggal
15 Agustus 2005. Nota kesepahaman Mou Helsinki menjadi akhir dari perjuangan
panjang pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka, haluan politik GAM berubah drastis
dari politik senjata ke politik kotak suara.
Pasca
perjanjian damai Mou Helsinki, tanggung jawab GAM belum berakhir, ada banyak
puing-puing konflik yang masih tersisa. Seperti anak yatim dan janda-janda
korban konflik yang mungkin belum semuanya tersentuh oleh pemerintah Aceh.
GAM
juga harus bertanggung jawab terhadap realisasi poin-poin Mou Helsinki. Hanya
sekedar mengingatkan kembali bahwa saat perundingan tersebut GAM hadir atas nama
rakyat Aceh. Dan hari ini kalkulasi politiknya sangat sederhana, jika GAM gagal
meyakinkan Republik Indonesia terhadap implementasi Undang-Undang Pemerintahan
Aceh maka penipuan politik jilid II kembali dirasakan rakyat Aceh.
Setelah
ikrar damai tersebut, ada banyak kajian konflik yang dihasilkan oleh para
peneliti, seperti yang diungkapkan oleh Jason peneliti dari Dartmouth College,
Hanover, Amerika Serikat. Dirinya mengatakan meskipun Aceh berstatus otonomi
khusus, namun nyatanya, hingga saat ini hak-hak Aceh sebagai daerah otonom
masih ditahan-tahan oleh Pemerintah Pusat, seperti yang disebutkan dalam Mou
Helsinki bahwa Aceh Mendapatkan 70 persen dari hasil kekayaan alamnya. Ini
sangat krusial dan sangat penting, karena disinilah sumber kesejahteraan rakyat
Aceh disamping Aceh berhak mendapatkan dana otsus.
Pada
prinsipnya semua organisasi partai politik itu sama, bedanya hanya persoalan
kepentingan politik yang diatur dalam AD/ART masing-masing. Terkait partai
aceh, bagi saya sangat istimewa karena lahirnya Partai Aceh memiliki sejarah
perjuangan politik yang sangat panjang dan dilandasi atas dasar ideologi wali
Hasan Tiro.”
Pada
Akhirnya, sebagai sahabat, saya menitik harapan kepada Mantan Wakil Ketua
Ipelmaja ini untuk terus meningkatkan kualitas politiknya—menjadi politisi yang
jujur dan amanah dan menentramkan hati masyarakat dengan tutur bicaranya—menyelesaikan
masalah dengan bijak dan dewasa. Tak sekedar harapan tapi juga doa’—semoga dengan
keaktifannya sebagai Jubir Muda Partai Aceh DPW Aceh Jaya merupakan langkah
awal baginya untuk melenggang ke pentas politik yang sebenarnya—mulai dari
daerah hingga propinsi bahkan Go Nasional. Jubir PA Jaya merupakan langkah awal menentukan langkah politiknya selanjutnya. Selama Shiddiq, Amanah,
Tabligh dan Fathanah masih dikandung badan politik Azis Muhajir, doa
terbaik dari saya tak akan pernah berhenti. Semoga dikau selalu berjaya dan
sukses Donya Akherat. Amin
Sekian
!
Komentar
Posting Komentar