Kopi Pagi Terakhir


ACEHLENS.COM - Pagi ini. Jalan di kawasan lingkar kampus,Rukoh, Darussalam jauh dari hiruk pikuk kendaraan. Mobil dan sepeda motor yang biasanya memenuhi halaman parkir Warung kopi (Warkop) Dek Mie dan Zakir Kupi kini hanya menyisakan kursi kosong dan sampah plastik yang berterbangan ditiup angin.
Sehari sebelumnya, tepatnya pada hari Jum’at (26/05/2017). Kedua warung tersebut sudah disesaki oleh masyarakat Aceh yang ingin menyeruput secangkir kopi sebelum mereka memulai aktifitasnya. Bahkan, Warkop Dek Mie sudah disesaki oleh penikmat kopi sebelum jam delapan pagi.

Kopi merupakan minuman wajib bagi masyarakat Aceh khususnya kaum Adam. Butiran hitam yang diseduh dengan air panas saat ini menjadi gaya hidup kawula muda dan orang tua. Tidak sah memulai hari tanpa minum kopi. Bahkan Kaum hawa pun mulai tertarik menyerumput minuman yang beraroma khas tersebut.
Ramainya pengunjung di warkop Dek Mie, membuat seorang pria paruh baya berbaju kaos putih dan bercelana coklat datang menghampiri meja tempat kami berkumpul. Ia meminta izin agar bisa duduk di kursi kosong yang berada di depan meja kami. Ia pun langsung memesan kopi pancong dan mencoba menyapa dan membuka obrolan dengan Acehlens

“Sambil nunggu istri belanja di pasar Lamnyong, saya minum kopi dulu. Besok pagi kan dah gak bisa minum kopi lagi karena kita dah puasa,” Ujar Bukhari (52) kepada Acehlens sembari gelak tawa mengakhiri ucapannya.

Bukhari merupakan salah satu pelanggan di warung yang berada di samping Akper Cut Nyak Dhien tersebut. Ia mengakui, saban hari ia tak pernah absen untuk menikmati sajian kopi Ulhe Kareng yang menjadi ciri khas warung itu.

Sembari menghisap sebatang rokok, ia menjelaskan jika masyarakat Aceh seharusnya berbangga diri dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh provinsi yang mempunyai julukan Serambi Mekkah tersebut. Aceh memiliki dua jenis kopi yang sudah dikenal hingga dunia Internasional.

“Kopi Gayo dan Ulhe Kareng telah mengharumkan nama Aceh sebagai salah satu produsen kopi terbaik di Tanah Air yang merajai 40 persen pasar dalam negeri,” Jelas Bukhari.
Terkait harga secangkir kopi, Bukhari menuturkan jika harga secangkir kopi di Warung Dek Mie cukup terjangkau untuk semua kalangan warga Aceh.

“Untuk kopi pancong yang saya pesan ini harganya tiga ribu rupiah. Sedangkan harga kue seribu rupiah per potongnya. Jadi, lima ribu sudah bisa menikmati secangkir kopi pancong dan dua potong kue. Itu dah cukup sebagai sarapan pagi bagi saya,” Jelas Bukhari.
Waktu menunjukkan pukul 10.17 WIB. Telepon genggam berwarna putih yang ia letakkan di atas meja berdering. Nama “Mama” tertulis dari balik layar kuningnya. Lantas Bukhari pun mengangkat panggilan itu.

“Awak inong lon. Menyo ka belanja. Leupah trep. Kakeuh man, leuh uro raya ta meurumpok lom (Istri saya kalau belanja lama sekali. Ya sudah, nanti setelah lebaran kita berjumpa lagi,” jelasnya sembari memanggil pelayan warkop tersebut. Setelah membayar, Bukhari pun bergegas memacu sepeda motornya menuju ke arah pasar Lamnyong, Rukoh, Darussalam.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kalau Kamu Ke Aceh Selatan, Jangan Lupa Mampir Disini, Ada Jus Nipah Pertama di Indonesia

Menikmati Sejuknya Air Kolam Japakeh di Kaki Gunung Mata Ie

72 Tahun RI, Kerja Bersama Menyebar Inspirasi Untuk Negeri